Powered By Blogger

Selasa, 21 Desember 2010

BHAKTI DAN CIRI-CIRINYA

PENGERTIAN BHAKTI   
Bhakti berasal dari urat kata BHAJ yang artinya terikat kepada Tuhan. Dari urat kata ini terbentuk kata bhakti yang berarti kasih sayang kepada Tuhan Dari urat kata BHAJ terbentuk kata BHAJAN yang mengandung arti :  bhakti sepenuh hati dan  bhakti sambil bernyanyi (nyanyian suci kepada Tuhan).     Ada beberapa kata yang bersinonim dengan kata bhakti antara lain : Prarthana, Sandhya, Upayana, Dhyana, Puja, Stava, dll. Menurut Rsi Naradha, ciri orang bhakti adalah : Tidak mempunyai rasa takut, merasa aman, meyakinkan, prihatin, rendah hati. Ciri-ciri tersebut terdapat pada diri Prahlada ,putra Hiranyakasipu. Prahlada sebagai seorang bhakta (penganut bhakti/penyembah) tidak pernah merasa takut terhadap ancaman dan melindungi keselamatan jiwanya. Ketegaran keyakinannya itu membawa rasa aman dan rasa rendah hati dan prihatin dalam setiap tindakannya.  

KEDUDUKAN BHAKTI    
Tiga kerangka dasar agama Hindu  adalah KARMA, BHAKTI DAN JNANA yang hampir pararel dengan konsep TATTWA, ETIKA DAN UPACARA. Ketiga konsep diyakini sebagai jalan /marga dalam usaha menghubungkan diri dengan Tuhan. Kedudukan bhakti sebenarnya merupakan bagian integral dengan karma dan jnana. Artinya seseorang yang melaksanakan karma marga tanpa rasa bhakti akan kehilangan kehalusan rasa,kehilangan etika dan sangat mungkin melanggar tatakrama. Demikian pula seorang jnana marga tanpa disertai bhakti terhadap Tuhan akan menjadi kering, tanpa rasa. Jadi kedudukan bhakti amatlah penting dalam setiap jalan yang dipilih. Tanpa rasa bhakti, seseorang akan mudah menjadi sombong,arogan dan kehilangan keseimbangan dalam menegakkan stabilitas kehidupan.      Tiga jalan yaitu karma,bhakti dan jnana bila dikaitkan dengan organ tubuh manusia dalam kehidupannya, maka dapat disimbolkan sebagai berikuit : 1. Jnana adalah proses kegiatan yang lebih menonjolkan aktivitas berpikir disimbolkan sebagai kepala manusia. 2.  Bhakti adalah proses kegiatan rasa yang lebih menonjolkan aktivitas intuisi perasaan yang disimbolkan sebagai hati manusia. 3.   Karma  adalah  proses kegiatan  atau  tingkah laku yang lebih menonjolkan aktivitas gerak anggota badan disimbolkan sebagai  kaki dan tangan manusia.     Satya Narayana menyatakan bahwa keberadaan ketiga konsep dasar agama hindu itu seperti sebuah mangga. 1. Karma Marga adalah seperti keadaan rasa mangga muda, sedikit agak asam atau sepet namun tetap enak kalau dijadikan rujak bila ditambah gula yang agak banyak. 2. Bhakti Marga adalah seperti keadaan rasa mangga setengah matang, terasa sedikit masam namun ada unsur manisnya. Jadi asam - asam manis yangbaik untuk dijadikan rujak tanpa perlu banyak diisi campuran gula. 3.   Jnana Marga adalah seperti keadaan mangga yang sudah ranum(masak), manisnya benar-benar menggelitik selera untuk minta  ditambah lagi dan tambah lagi.     Contoh lain seorang karma marga adalah seperti buah asam yang masih muda, bila kulitnya ditotok, isinya pun ikut kena luka karena antara kulit dan isi masih menyatu. Seorang bhakti marga seperti buah asam yang setengahmatang, bila ditotok kulitnya, isinya masih ada kemungkinan kena atau tidak, tergantung keras lemahnya totokan. Sedangkan seorang jnana marga seperti buah asam yang sudah tua betul. Kulitnya kering berwarna merah dan ada ruang pemisah dengan isinya. Bila kita totok , hanya kulitnya yang pecah berlubang, sementara isinya tetap ranum tidak terpengaruh. Artinya bila jnana seseorang telah tinggi, dia tidak mudah tersinggung bila diejek, tidak cepat marah . sebab ejekan hanya mengenai kulit luarnya saja, isinya tidak terpengaruh. Yang menjadi pertanyaan kita bersama KIRA-KIRA SEKARANG KITA ADA DI POSISI YANG MANA ???   

FUNGSI  BHAKTI     
Mengapa  kita harus berbhakti kepada Hyang Widhi/Tuhan? Ada banyak alasan yang cukup mendasar antara  lain ; 1.  Untuk mendekatkan diri kepada Hyang Widhi, dan memohon perlindungan-Nya 2.  Untuk mendapatkan kedamaian lahir  batin(shanty) dan kebahagiaan (anandam) 3.  Untuk membayar utang budi (Tri Rna), Tuhan telah menciptakan alam semesta beserta isinya untuk kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia. Pembayaran segala fasilitas yang diberikan Tuhan bukan dengan uang tapi dengan YADNYA dalam arti yang luas sebagai wujud trimakasih dan syukur kita kepada Tuhan. 4. Untuk menyucikan diri 5. memohon agar dosakita diampuni baik dari pikiran, perkataan dan perbuatan (Tri Kaya Parisudha)  

CIRI-CIRI BHAKTI  
A. Dari segi kepasrahan 
1. Bhakti anak kera.     Anak kera yang masih kecil senantiasa menggelandung sambil berpegangan pada induknya di bagian perutnya. Cara bhakti seperti ini dianggap belum begitu pasrah karena masih mengandalkan kekuatan dirinya.. Sewaktu-waktu bisa saja karena payahnya si anak kera terlepas dari induknya karena tidak kuat lagi berpegangan. Bhakti seperti ini masih rendah dan kurang pasrah.         Ada sebuah cerita ilustrasi seperti berikut ; Seorang Brahmana menyeberangi sungai dengan pakaian baru, seorang penjahat yang sedang mencuci pakaian melihat dan  merebut pakaian tersebut. Semula Brahmana pasrah, tak melawan dengan menyebut : "OH NARAYANA ,TOLONGLAH" tetapi akhirnya Brahmana melawan juga dengan saling pukul. Tuhan dalam sebutan Narayana bangkit mau menolong Brahmana , tetapi surut kembali setelah melihat Brahmana tersebut berkelahi dengan penjahat. Dewi laksmi melihat gelagat suaminya bertanya : " ada apa? Setelah bangun dan berjalan mengapa duduk kembali?" Narayana menjawab;" Tadi ada Brahmana meminta pertolonganku karena diganggu penjahat. Akan tetapi , Brahmana tersebut melawan penjahat tersebut. Oleh karena dia telah melawan dengan kekuatan sendiri untuk apa saya lindungi? Biarkan dia melawan sesuai dengan batas kemampuannya" 

2. Bhakti anak kucing.     Seperti dimaklumi induk kucing mau mengajak anaknya pergi, maka anak kucing yang masih bayi itu digigit tengkuknya. Bayi kucing itu pasrah total, menyerahkan segalanya kepada induknya mau dibawa kemana saja terserah induknya. Bhakti seperti ini tingkatannya lebih tinggi bila dibandingkan dengan bhakti anak kera tadi diatas.     Ada sebuah cerita ilustrasi seperti berikut ; Ada dua orang Rsi bersahabat kental,suatu ketika meraka berpisah untuk meneruskan tapanya , masing-masing  membawa stek bunga mawar untuk ditanam ditempat masing-masing sebagai persembahan kepada Tuhan. Setelah beberapa tahun berlalu kedua Rsi bertemu dan keduanya menayakan keadaan masing-masing bunga mawar yang dibawa dulu.  RSI A ; " bagaimana bunga mawarmu apakah mau berbunga lebat?" RSI B ; " mawarku mati tidak sempat berbunga?' Rsi A ; " bagaimana cara memeliharanya kok bisa mati "? RSI B ; " Setiap aku merasa dia perlu air, aku berdoa kepada Tuhan agar hujan turun dn doaku terkabul. Setiap aku merasa perlu sinar  matahari, aku memohon agar Tuhan memberi cuaca panas. Tetapi toh juga mati" RSI A ; '" mawarku berbunga cukup banyak dan subur, cara aku memeliharanya bukan seperti anda. Aku serahkan, aku pasrahkan kepada Tuhan, kapan Tuhan memandang pantas hujan, silakan. Kapan pula Tuhan memandang pantas untuk diberi sinar,yah supaya diberi sinar selain itu aku juga menyiramnya untuk beberapa saat. Tugasku hanya berdoa dan bekerja. Dari ilustrasi cerita diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kita jangan mencoba untuk mengatur dan memohon kepada Tuhan sesuai dengan selera dan kehendak kita sendiri, sebab yang dikehendaki belum tentu baik untuk diri kita dan untuk bunga mawar tadi.  

B. Dari segi sikap badan/tubuh.
Cara kita menyembah dalam persembahyangan termasuk ke dalam sikap bhakti juga.  Ada tiga sikap bhakti yang diekspresikan kedalam gerakan tubuh atau anggota badan sebagai berikut :  1. Sikap Kertanjali      a. Berdiri dengan sedikit membungkuk sambil mencakupkan kedua belah tangan ditaruh di atas ubun-ubun/sedikit diatas alis mata (sembahyang) atau didepan dada (panganjali umat).      b.  Sambil duduk ;padmasana, silasana untuk pria dan bajrasana untuk wanita. 2. Sikap Sastangga.            Sikap bhakti seperti ini adalah sikap tubuh yang sujud yakni duduk dengan menyentuh dahi kelantai disertai mencium lantai.  3.  Sikap Dandawat.     Sikap bhakti dengan merebahkan diri ke lantai seperti orang tiarap dan mencium lantai. Ketiga sikap di atas secara mental mempunyai peluang yang sama tergantung dari yang melakukannya.   

C. Bhakti di tinjau dari teknik dan sikap mental.
Hal ini disebutkan dalam Nawa Widha Bhakti (sembilan sikap bhakti) terdiri dari : 1. Svaranam = mendengarkan ajaran/cerita suci Bg.XVIII.70-71 mereka yang mempelajari percakapan suci kami berdua, walaupun hanya sekedar mendengar,ia mencapai dunia kebahagiaan 2. Kirtanam=melantunkan kidung suci yang sarat dengan nama-nama Tuhan 3. Smaranam=mengingat nama Tuhan, mengingat kebesaranNya, kemuliannya dll.     Bg. X.9 = memikirkan tentang Aku,mereka merasa puas dan bahagia 4. Sevanam=melayani mahluk lain;orang sakit,miskin, tertimpa musibah dll 5. Vandanam = bersyukur terhadap keberadaan diri kita 6. Arcanam=bhakti dengan cara memuja pratima sebagai media bhakti dan penghayatan kepada Tuhan. 7. Dasyam=menganggap pujaannya sebagai tamu,majikan,bos dan kita sebagai pelayan atau abdi. 8. Sukham=memperlakukan pujaannya sebagai sahabat dan keluarganya seperti arjuna dan krishna. 9. Atmanividanam=bhakti dengan kepasrahan total kepada Tuhan.  

D. Bhakti di tinjau dari sarana yang digunakan 
1. Avahanam=bhakti dengan mengundang Tuhan (ngelingihang Bhatara) 2. Asanam=membuat pelingih sebagai tempat duduk Ista Dewata 3. Padyam= Mempersembahkan air pencuci kaki Tuhan(Banyun cokor) 4. Arghyam=mempersembahkan air (Tirtha) 5. Niranjanam =mempersembahkan api (dupa) 6. Archanam= mempersembahkan air(madu/susu) untuk di minum oleh Ista Dewata  Demikianlah beberapa ciri-ciri  bhakti dan sikap bhakti semoga bermamfaat bagi kita umat se-dharma.

DANA PUNIA SWADHARMA UMAT HINDU

Pengertian 
Dana punia  terdiri dari dua kata yaitu “dana” yang berarti pemberian sedangkan “punia” artinya selamat, baik, bahagia, indah dan suci. Jadi dana punia adalah pemberian yang baik dan suci. Sedangkan swadharma adalah kewajiban diri sendiri atau masing-masing dari pribadi seseorang. Dan yang disebut umat Hindu adalah orang yang percaya akan ajaran suci Weda.  Weda diwahyukan  untuk seluruh umat manusia apa pun suku,warna kulit,bahasa dan bangsanya. Hal tersebut dijelaskan  dalam Yayur Weda XXVI. 2. "Yatdhemam vacam kalyanim avadani janebyah, brahma rajanyabyam sudraya caryaya ca svaya caranaya ca"  artinya : Hendaknya disampaikan sabda suci (Veda) ini kepada seluruh umat manusia,cendekiawan-rohaniwan (varnab rahmana);p eminpin pemerintahan /kemasyarakatan  (varna ksatria);para pedagang,petani dan nelayan (varna waisya) serta para buruh/pekerja (varna sudra) , kepada orang-orangku dan orang asing sekalipun. Bertitik tolak dari sloka suci tersebut, ajaran suci Weda hendaknya disebarluaskan kepada seluruh umat manusia. Weda bukan monopoli orang India, Orang Bali, orang Dayak dan orang Jawa. Weda adalah milik semua orang yang mengakui dan percaya akan kebenaran Weda yang merupakan sanatana dharma.  
Hukum Dana Punia    
Yang menjadi landasan pelaksanaan dana punia adalah : ajaran Weda  Smerti,Tat Twam Asi, Manawa Dharmasastra, Sarasamuscaya, Ramayana, dan Nitisastra. Adapun bentuk dana punia secara garis besar  terdiri dari tiga yaitu : 1.  Desa Dana yaitu dana punia berupa tanah­-bisa untuk pura,setre, sekolah dll. 2.  Vidya Dana yaitu dana punia berupa ajaran  agama dan ilmu pengetahuan. 3. Artha Dana yaitu  dana punia berupa pemberian uang atau benda-benda material lainnya seperti pakaian, makanan, penginapan dll.     Dari ketiga bentuk dana punia di atas, artha danalah yang paling mudah untuk dilaksanakan. Kenapa dikatakan mudah ? Karena manusia yang hidup di muka bumi ini pasti  memiliki apa yang dinamakan dengan artha. Artha itu bisa berupa sebungkus nasi, pakaian, sebutir telur atau sesendok garam. Dengan hal-hal yang kecil dan sederhana ini semestinya Anda tidak kikir ? Anda mampu melakukannya. 
Dana punia hukumnya wajib untuk dilaksanakan oleh umat Hindu. Hal ini jelas di amanatkan dalam Atharva Veda III.2.4.5 yang berbunyi : Sata hasta sama hara sahasrahata sam kira Artinya :  Wahai umat manusia, perolehlah kekayaan (melalui jalan dharma) dengan seratus tanganmu, dan dermakanlah itu dengan kemurahan hati dengan seribu tanganmu.  Sloka diatas  mengajak agar umat manusia mencari harta atau kekayaan dengan seratus tangan tetapi setelah berhasil harta tersebut di danapuniakan/didermakan dengan tulus iklas dengan seribu tangan. Makna sloka di atas jika diperhatikan dengan pikiran yang bersahaja sepertinya sesuatu yang aneh. Bagaimana mungkin mencari harta dengan seratus tangan lalu didermakan dengan seribu tangan. Makna sloka di atas harus di lihat lebih dalam melalui perenungan dengan pikiran yang jernih.  Yang dimaksud dengan  mencari harta dengan seratus tangan itu adalah mengusahakan lapangan kerja kepada masyarakat luas. Kemampuan menciptakan lapangan kerja untuk seratus tangan yang di ajak mencari harta secara terhormat berdasarkan dharma. Setiap orang hendaknya berupaya untuk  menciptakan lapangan kerja bagi diri dan orang sekitarnya. Karena kita mengakui dan menyakini otoritas Weda, yang merupakan  wahyu Tuhan yang “bernada” perintah dengan demikian tanpa keraguan sedikit pun kita dapat simpulkan bahwa berdana punia adalah wajib hukumnya bagi umat Hindu. Perintah wajib artinya untuk ditaati dan dilaksanakan.  Kita semua berkewajiban untuk melakukan dana punia sesuai dengan swadharma kita masing-masing sebagai umat Hindu.  
Dana punia dapat  disalurkan kepada orang yang membutuhkan atau yang berhak menerima seperti : guru rohani/nabe, sulinggih, orang miskin, orang cacat, siswa putus sekolah, orang yang terkena musibah, tempat suci, lembaga sosial,pasraman/pendidikan dan lain sebagainya.  
Tentang keutamaan dana dijelaskan dalam Manawa Dharma Sastra I. 86,  bahwa pada jaman kertya yuga tapalah yang utama, jaman trata yuga jnanalah yang utama,jaman dwapara yuga yadnyalah yang utama dan pada jaman kali yuga danalah yang utama.       Hidup ini berputar terus seperti roda kadang kita dibawah, kadang di tengah ,kadang diatas dan kemudian turun kebawah lagi. Ini adalah hukum Tuhan yang disebut dengan Rta. Ketika kita berada di posisi atas(puncak), menolehlah kebawah dan bantulah orang lain yang membutuhkan, suatu ketika kita pasti akan membutuhkan uluran tangan orang lain. Seteguk air bagi yang haus akan menghilangkan rasa dahaga, sejumput nasi bagi yang kelaparan akan menambah tenaga dan  setiap rupiah yang kita sumbangkan akan sangat berguna bagi orang lain.Harta merupakan titipan Tuhan yang diperoleh dengan jalan dharma dan digunakan dengan tujuan dharma pula itulah yang utama.”Kekayaan tidak pernah berkurang oleh kemurahan hati karena di dana puniakan. Orang kikir tidak pernah menemukan orang yang belas kasihan” demikaian termuat dalam Rgveda,X.117.1.  
Agar kita tidak kikir terhadap kekayaan yang kita miliki ada rumusnya.Rumusnya terdapat pada TUKANG PARKIR. Tukang parkir walaupun mobilnya banyak dengan berbagai merek, dia tidak pernah mengeluh kalau suatu saat mobil tersebut diambil satu persatu oleh pemiliknya. Dia tetap iklas karena selama ini dia merasa dititipi bukan memiliki. Kekayaan jangan disimpan dihati. Sepatu bagus tempatnya dikaki, jangan simpan dihati, simpan dihati kita jadi tinggi hati, lihat yang lain punya sepatu lebih bagus jadi iri hati, sepatu bagus hilang kita jadi sakit hati, sakit hati tak terobati kita jadi mati ( terima kasih Aa Gym).  
Pedoman Dalam Memberikan Dana Punia      
Ada lima  pedoman dalam memberikan dana punia antara lain : 
1.  Iksa (tujuan), apakah punia yang kita berikan benar-benar memiliki tujuan yang murrni dari sebuah kesadaran untuk membantu, bukan sekedar ikut-ikutan  atau karena terpaksa. " Mereka yang mendapatkan penghasilan dengan jujur dan menyumbangkannya dengan murah hati dan mereka mempersembahkan pekerjaan kepada Tuhan” (Rgveda 1 .15. 9). Harta yang kita peroleh harus dengan jujur dan berdasarkan Dharma. Harta yang diperoleh dengan tidak jujur seperti korupsi , tidak layak dipersembahkan kepada Tuhan. 
2.  Lascarya (keiklasan), punia yang kita berikan benar-benar dilandasi oleh rasa tulus iklas. " Mereka yang berdana punia secara sukarela ,  akan mencapai kebahagiaan & umur panjang (Rgveda 1. 125.6).  Ini janji Tuhan bahwa orang yang melakukan dana punia secara sukarela bukan karena paksaaan atau sekedar ikut ikutan akan mendapat kebahagiaan dan umur panjang didunia.   
3.  Sakti (kekuatan), punia harus sesuai dengan kemampuan atau kekuatan kita dengan tetap mengedepankan aspek proporsional. “ . . . bukanlah jumlah yang banyak atau sedikit pemberian itu yang menghasilkan banyak sedikitnya pahala,tetapi tujuan utama pemberian itu yang penting dan cara memperoleh harta yang tidak melanggar dharma”(Slokantara 184). Janganlah malu berdana punia walaupun sedikit,malulah kalau sampai tidak berdana punia, tetapi janganlah berdana punia karena malu. Demikian pesan orang bijak. 4.  Nasmita (tidak pamer), tidak membangga-banggakan diri karena selalu atau telah berdana punia. Jangan meminta nama anda di muat dikoran. Jangan sedih kalau nama anda lupa/belum  dibaca oleh petugas yang menangani dana punia. 
5. Sastra (berdasarkan tattwa), berdana punia karena memang memahami dasar tattwanya atau landasan filosofisnya yang termuat dalam sastra suci.     Sebagai warga negara yang baik kita selalu taat membayar pajak kepada pemerintah . Bagi PNS, TNI dan Polri, pajak langsung dipotong melalui  gaji sebesar 15 %(PPH) Sebagai umat Hindu yang taat,kesadaran membayar pajak  hendaknya juga diimbangi dengan kesadaran berdana punia dalam arti yang lebih luas. Harus diakui bahwa kesadaran berdana punia sebagian besar umat Hindu masih terbatas pada kegiatan pembangunan pura dan ritual keagamaan. Akibatnya kita lebih mudah menemukan bangunan pura yang berdiri dengan megah meskipun tidak maksimal dimamfaatkan bahkan tidak jarang fungsi pura disalahgunakan. Kita sering mendengar  upacara keagamaan dengan biaya ratusan juta bahkan sampai milyaran rupiah. Akan tetapi kita teramat miskin untuk menemukan bangunan atau sekolah bernuansa Hindu, punia berupa beasiswa kepada siswa Hindu,pelatihan-pelatihan guna meningkatkan SDM Hindu masih jauh dari harapan.  
Dana punia merupakan instrumen sosial untuk merealisasikan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan menuju lokasamgraha. Dan punia merupakan tanggung jawab sosial setiap individu untuk berbagi dengan yang lain. Dana punia adalah wujud konkrit dari sevanam  atau pelayanan kepada sesama manusia.Karena sesungguhnya manawa seva (pelayanan kepada sesama manusia) adalah madhawa seva (pelayanan terhadap Tuhan). Swami Vivekananda pernah berpesan bahwa jika anda menginginkan Tuhan, maka layanilah manusia.
Sebagai penutup penulis mengajak  menyimak sebuah cerita. Dengan harapan cerita ini dapat  menjadi inspirasi bagi anda dalam melakukan dana punia. Ceritanya sebagai berikut: suatu ketika rombongan kerajaan lewat diperkampungan, ditengah perjalanan raja dan pasukan berhenti ketika melihat orang yang sudah tua renta sedang menanam pohon durian. Patih bertanya kepada kakek tersebut " Kakek  hari gini kok baru  tanam durian, kapan bisa menikmati hasilnya? Kakek menjawab, eh eh .. h ... h  jangan berkata begitu, bukankah kita sekarang menikmati apa yang ada atas jasa-jasa orang yang sudah meninggal. Masak kita tidak mau berbuat sesuatu untuk anak cucu kita. Mendengar penjelasan kakek tersebut raja mendapat pencerahan dan memerintahkan patihnya untuk memberi hadiah berupa emas pada kakek tersebut. Kakek tersebut lalu menerima hadiah dari raja yang dermawan sambil bergumam di dalam hati '  eh eh baru u u ... juga tanam sudah berbuah. Makna cerita di atas adalah mumpung masih hidup maka jangan pernah menunda-nunda dalam berbuat kebaikan sekecil apa pun itu ia tetap akan berbuah. Ingat pesan  Sarasamuscaya 168 ” . . . orang yang hampir mati dana punia adalah sahabatnya”. Untuk itu mari sisihkan sebagian kecil harta yang kita miliki dan danapuniakan kepada mereka yang berhak dan membutuhkannya.                    
Referensi : 
Sudartha,Tjok Rai, 2003, Slokantara Untaian Ajaran Etika Teks,Terjemahan dan Ulasan, Penerbit Paramita:Surabaya.  
Titib, I Made ,1998, Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan , Penerbit Paramita:     Surabaya.  
Wiana, I Ketut, 2006 ,Berbisnis menurut Agama Hindu  , Penerbit Paramita : Surabaya.

Rabu, 24 November 2010

AIDS PERSFEKTIF AGAMA HINDU

Pengertian AIDS
AIDS adalah sekumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang berarti virus pemusnah kekebalan  tubuh. Penyakit ini sudah terdapat hampir di semua Negara, apakah di negara-negara maju ataupun di negara-negara yang sedang berkembang. AIDS juga diartikan gabungan bermacam-macam penyakit, gejala dan tanda-tanda yang timbul karena adanya penurunan kekebalan tubuh. Seperti diketahui bahwa system kekebalan tubuh adalah untuk mempertahankan tubuh dari infeksi dan penyakit. HIV yang masuk ke dalam tubuh akan menghancurkan sel-sel darah putih yang mempunyai peran utama dalam system kekebalan tubuh manusia. Dengan makin banyaknya sel darah putih yang dimatikan oleh HIV, akhirnya pertahanan tubuh manusia kian melemah sehingga  tidak sanggup lagi memerangi masuknya kuman, bakteri serta virus lainnya. Akibat selanjutnya dapat diduga bahwa penderita AIDS tersebut akan meninggal karena penyakitnya yang parah. Pada fase lanjut, HIV juga dapat menyerang sel otak dan susunan saraf tubuh secara langsung, sehingga menimbulkan gangguan mental dan koordinasi tubuh.

Penyebab Terjangkitnya AIDS
Seperti telah diuraikan sebelumnya virus HIV adalah salah satu penyebab terjangkitnya penyakit AIDS ke tubuh manusia. virus HIV yang telah masuk ke tubuh manusia akan menempati darah, air mani  dan cairan vagina. Apabila salah satu dari ketiga cairan tubuh dari orang terinfeksi HIV berhasil memasuki aliran darah orang lain yang masih sehat maka ada kemungkinan orang yang sehat ini akan terkena virus HIV dari orang yang sudah terinfeksi secara positif. Virus HIV mampu menembus tubuh manusia, kalau pada tubuh seseorang terdapat luka-luka atau goresan pada kulit tersebut. Lain halnya dengan vagina, penis, dubur dan mulut yang mempunyai selaput lendir (mukosa), yaitu lapisan tipis yang menutupi pembuluh-pembuluh darah di bawahnya. Lapisan itu mempermudah meresapnya virus HIV. Kalau pada daerah vagina, penis, dubur dan mulut terdapat luka atau goresan, maka mudah bagi virus HIV masuk ke dalam darah manusia.   

Cara penularan AIDS
Sebenarnya virus HIV tidak mudah menular ke tubuh orang lain seperti halnya virus influenza. Adapun cara penularan AIDS adalah :

a.  Melalui hubungan seksual
Yang dimaksud hubungan seksual di sini adalah hubungan yang dilakukan secara vagina, anal dan oral. Hubungan oral adalah hubungan seksual yang menggunakan mulut sebagai pengganti vagina mempunyai resiko lebih kecil dibandingkan hubungan vagina atau anal. Perlu diperhatikan bahwa selama hubungan kelamin berlangsung, air mani, cairan bagina dan kadang-kadang darah mengenai selaput lendir vagina, penis, dubur atau mulut akibatnya HIV yang terdapat dalam cairan-cairan tersebut dapat meresap ke dalam aliran darah. Tambahan pula kalau daerah vagina, penis, dubur atau mulut terdapat luka atau goresan, maka HIV mudah masuk ke dalam aliran darah.

b.  Transfusi darah
HIV dapat menular bila seseorang menerima transfusi darah dari seorang donor darah yang terkena infeksi HIV. Karena alasan ini, banyak Negara melakukan pemeriksaan secara teliti terhadap persediaan darah sebelum ditransfusi ke tubuh orang lain. Apabila pemeriksaan darah tidak dapat dilakukan, maka sebaiknya :
*  Mengurangi atau menghindari dilakukannya transfusi darah yang kurang perlu.
* Memilih donor darah yang tidak terinfeksi HIV atau sekurang-kurangnya  mempunyai resiko rendah untuk terinfeksi HIV.

c. Melalui alat suntik atau alat tusuk lainnya
Infeksi dapat terjadi bila seseorang diketahui atau tanpa diketahui sudah disuntik dengan jarum yang sudah dipakai untuk menyuntik orang lain yang terinfeksi HIV. Disamping itu juga alat-alat yang tajam seperti pisau bedah, atau jarum untuk membuat sayatan di kulit, menyunat seseorang, membuat tato juga dapat menularkan virus HIV.

d.  Dari ibu hamil yang mengidap virus HIV kepada janinnya
Bila sang ibu telah mengindap birus HIV, maka janin yang ada di dalam rahimnya dapat terinfeksi pada saat proses kelahiran berlangsung. Jika ibu baru terinfeksi HIV, tetapi belum menampakkan gejala-gejala AIDS, maka kemungkinan bayi yang dikandungnya terinfeksi 20% - 35%. Sebaliknya bila sang ibu benar-benar sudah menunjukkan gejala-gejala AIDS yang jelas, maka kemungkinan bayinya terinfeksi HIV menjadi 50%. Yang perlu diperhatikan adalah bila bayi tersebut dilahirkan sebagai pengindap HIV, maka usianya hanya sekitar 1-5 tahun saja.

Kapan dan Dimana HIV tidak menular
Sesuai hasil penelitian para medis diketahui bahwa virus HIV tidak akan menular melalui :
-    Peralatan makan , pakaian, toilet dan lain-lain yang dipakai bersama dengan pengidap HIV;
-    Berpelukan, berjabat tangan, berciuman dengan orang yang terinfeksi HIV 
-    Hidup serumah dengan orang yang terinfeksi HIV;
-    Serangga seperti nyamuk, kupu-kupu, tawon,  dan lain-lain.

Pandangan Hindu Terhadap AIDS
Sudah menjadi kodrat bagi kehidupan di bumi bahwa suka (kesenangan,kebahagiaan), dukha (penderitaan),lara (sakit) dan pati (kematian), tidak dapat dihindari oleh manusia, kenyataan hidup membutuhkan, beberapa orang mengenyam kebahagiaan dalam hidupnya,namun di pihak lain tidak sedikit orang mengalami penderitaan. Termasuk banyak orang menderita karena penyakit AIDS.

Di dalam ajaran Hindu dijelaskan bahwa sesungguhnya hampir tidak ada peristiwa/hal yang terjadi di jagad raya ini, lepas/terbebas dari hukum “Karma Phala” (sebab akibat). Setiap peristiwa yang terjadi (akibat) jelas dikarenakan/diakibatkan oleh satu “penyebab”, sebaliknya “sebab” (dikehendaki atau tidak) niscaya akan ada akibatnya. Semua ini tak dapat dihindari, sebab demikianlah dititahkan oleh Sang Pencipta (Tuhan), sebagaimana dapat dikaji dari nilai-nilai tersurat dalam Sloka Sarasamuccaya ,Sloka 7,berikut ini :

Karmabhumiriya bhahman, Phalabhumirasau mata
Iha yat kurute karma tat, paratropabhujyate 
Artinya  :
Sebab kelahiran sebagai manusia sekarang ini akibat baik atau buruknya karma itu juga yang akhirnya dinikmati karma phala itu.Maksudnya baik buruk perbuatan itu sekarang akhirnya terbukti hasilnya, selesai menikmati menjelmalah ia kembali, mengikuti sifat karma phala. Wasana berarti sengsara, sisa-sisa yang ada dari bau sesuatu yang tinggal bekas-bekasnya saja, itulah yang diikuti sebagai pribahasa, kelahiran dari surga (swarga cyuta), kelahiran dari neraka (neraka cyuta) baik buruk karma itu di surga, tanda ada pahalanya. Karena itu pergunakanlah sebaik-baiknya hidup ini untuk melakukan perbuatan baik
   
Bertolak dari kajian di atas maka dapat dinyatakan bahwa adanya berbagai penyakit, termasuk AIDS pun, tentunya menerima ciptaan Tuhan sebagai Maha Pencipta. Dalam kaitan pembahasan penyakit sebagaimana tersebut di atas perlu kita cermati  Sarasamuccaya, Sloka 30,berikut ini  :

Pura cari ramantako bhinakti, Rogasarathih
Prasahya jiwitaksaye cubham, Mahat samaharet 
Artinya  :
Sebab yang disebut kematian, segala macam penyakit itu merupakan pengemudinya, yang menyebabkan hidup itu berkurang, jika sudah kurang usia hidup datanglah maut, karena itu jangan lupa supaya diusahakan berbuat baik yang akan mengantarkanmu ke asal mulamu.

    Berdasarkan  “Sloka” atau ayat tersebut jelaslah bahwa penyakit dimaksud diadakan ke dunia oleh Sang Pencipta untuk maksud tertentu dan juga disebabkan oleh sebab-sebab tertentu. Sebab-sebab tersebut pada hakekatnya dikarenakan oleh unsur manusia sendiri terutama oleh kelalaian atau pelanggarannya atas hukum-hukum kehidupan yang telah ditentukan oleh Tuhan. Justru untuk memberikan peringatan atau bahkan ganjaran kepada prilaku-prilaku manusia yang melanggar norma-norma  hidup di jagad raya ini.

    Kemungkinan –kemungkinan untuk adanya pelanggaran norma tersebut tadi dapat saja terjadi , mengingat manusia memang diberi kekuasaan dalam hal-hal tertentu oleh Tuhan untuk berpikir dan mengembangkan kehidupannya guna mencapai tujuan hidupnya.

    Dalam keleluasaan itulah, sekaligus terdapat peluang adanya variasi/yang bahkan terkadang berkategori Asubha Karma atau yang dalam hidup keseharian disebut dengan penyimpangan hidup. Kemungkinan timbulnya penyimpangan itulah yang telah diantisipasi oleh Sang Pencipta dengan memberikan konsekwensi terhadap penyimpangan tadi berupa “penyakit”. Tentunya diharapkan dengan penyakit-penyakit tersebut dalam diri manusia akan timbul rasa takut untuk melanggar norma-norma hidup yang telah digariskan. Demikian pula bagi yang terlanjur membuat kekeliruan dengan ancaman (penyakit) tersebut, yang bersangkutan dapat menjadi jera atau kapok.

    Walaupun sampai saat ini penyakit AIDS belum ditemukan obatnya, kita tidak boleh menyerah begitu saja, paling tidak kita harus berupaya untuk menghadapinya dan berusaha menyelamatkan tubuh kit aini, yang merupakan anugrah Tuhan yang paling berharga dalam rangka mencapai tujuan hidup kita. Berkenan dengan hal tersebut, Weda menyatakan ” Dharmartha kama moksanam sariram sadanam ”  yang artinya tubuh (mu) itu adalah sadana/sarana untuk meraih tujuan(mu) berupa dharma, artha, kama dan moksha.

Menyadari  peranan tubuh yang demikian penting,maka kita(yang belum sakit) perlu waspada agar tidak terjangkit. Demikian pula yang telah dinyatakan positif mengidap AIDS, agar bisa menerima dengan jiwa besar,serta mencari upaya penanggulangan lewat petunjuk weda dan vidya (pengetahuan). Bukankah kesehatan selalu tampak lebih berharga setelah kita kehilangannya demikian pesan para bijak.

     Sebagai kesimpulan, Hindu memandang bahwa HIV/AIDS ada didunia ini dimaksudkan sebagai rem/pengendali perilaku manusia terutama yang cenderung akan menyimpang dari  dharma (kebaikan/kebajikan/moralitas). Adharma  atau perbuatan yang tidak baik  yang bertentangan dengan agama hendaknya dihindari  sehingga tujuan hidup didunia yaitu Catur Purusa Artha dapat tercapai.
   


Referensi :
1.    Kajeng, I Nyoman dkk, 2003, Sarasamuscaya,  Paramita , Surabaya.
2.    Tim Penyusun,2003, Pencegahan dan Penangulangan AIDS Menurut Pandangan Hindu, Depag RI, Jakarta.
3.    Yatim, Danny Irawan, Dialog Seputar AIDS, Grasindo,Jakarta.
.






Rabu, 10 November 2010

MENINGKATKAN BUDAYA MEMBACA DAN MENULIS ( Memaknai Hari Raya Saraswati)

Salah satu peninggalan Almarhum Pak Harto yang layak dilestarikan dan terus diberi makna adalah penetapan bulan Mei sebagai “Bulan Buku” dan bulan September sebagai “Bulan Gemar Membaca”. Buku dan gemar membaca adalah dua hal yang terkait erat dengan kegiatan menulis. Untuk membaca, kita perlu buku;untuk menerbitkan buku harus ada penulis, dan tentu saja penerbit. Untuk bisa menulis kita perlu banyak membaca.

Banyak orang tahu membaca,tetapi belum punya budaya membaca. Apalagi menulis. Tulisan kecil ini mau mengajak kita terutama generasi muda,untuk menumbuhkan gemar membaca dan astungkare,jika kemudian hari gemar menulis.      Dulu, orang yang tahu baca-tulis adalah orang yang paling beruntung . Ia bisa diterima bekerja. Ia dengan mudah diangkat menjadi pegawai atau karyawan pada perusahaan swasta. Sekarang sudah jauh berbeda, kita hidup di zaman yang  menjunjung tinggi kualitas,wawasan yang luas,kompetensi keilmuan,kreativitas dan daya saing  globalisasi. Kita dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih daripada sekedar tahu membaca. Kontek dunia dengan globalisasi dan modernisasi yang kuat mensyaratkan manusia-manusia yang berkualitas,mandiri,kreatif dan inovatif. 
   
Tantowi Yahya,seorang presenter yang dinobatkan sebagai Duta Baca oleh perpustakaan RI, di sebuah iklan layanan di stasiun televisi, mengatakan "orang yang jarang baca sangat dekat dengan kebodohan, dan kebodohan dekat dengan kemiskinan". Mengacu pada iklan tersebut, mari kita renungkan bersama sementara di level mana kita berada ? Di level gemar membaca ataukah di level jarang membaca?. 

**   
Tingkat buta huruf umat Hindu yang masih tinggi bila dibandingkan dengan agama lain. Memerlukan usaha dan kerja keras bersama untuk menuntaskannya. Setidaknya ada dua hal penting yang mesti diperhatikan untuk memberikan makna yang lebih berarti bagi perayaan hari Saraswati. Pertama: pembenahan mutu pendidikan Hindu di setiap jenjang. Dengan berbagai aspek antara lain : peningkatan kesejahteraann guru, perbaikan kurikulum,sistem pendidikan, peningkatan kualitas dan kuantitas guru agama khususnya di luar  Bali, pembenahan sarana dan sarana pendidikan seperti pembenahan kualitas perpustakaan, kerja sama dengan orang tua siswa, dll. Kedua : menjadikan aktifitas membaca sebagai budaya. Yah membaca buku  harus dibudayakan, sebab buku adalah jendela dunia. Dengan membaca kita jadi melek pengetahuan. Budaya membaca merupakan prasyarat dasar untuk mengetahui lebih banyak tentang kompleksitas persoalan dunia tempat kita berpijak, dengan segala harapan dan kecemasan yang menghantui. Setiap peluang dan tantangan yang menghadangnya. Dengan membaca kita memperoleh berbagai informasi , memperdalam pengetahuan, melatih ketrampilan dan   meningkatkan kecerdasan. Kita bisa berkelana kemana-mana walau kaki tetap dirumah dengan membaca buku.     

Teknologi boleh berkembang pesat, koran, majalah, buku-buku melimpah, internet, akan tetapi bila masyarakatnya tidak punya minat baca, maka semuanya akan  menjadi tidak berguna dan nihil makna. Kita akan tetap miskin ilmu dan miskin informasi. Kita akan tetap berada ‘dalam tempurung’. Kita akan tetap menjadi becak ditengah arus busway yang melintas dengan cepatnya.      

Tidak dapat dipungkiri, bahwa budaya membaca  umat masih rendah dan harus ditingkatkan. Budaya berkumpul dan budaya lisan masih sangat kuat mengikat masyarakat kita. Jangankan masyarakat non akademis, masyarakat akademis pun masih “jauh panggang dari api” . Minat baca dosen,guru,mahasiswa dan siswa masih jauh dari harapan.      

Tantangan dan hambatan yang  terberat membaca saat ini adalah hadirnya televisi. Kapan saja, dimana saja jika memungkinkan, orang lebih senang mengikuti berbagai acara televisi,terutama acara hiburannya. Format acara televisi sama dengan teater , yang meneruskan budaya lisan.  Dari televisi kita melihat dan mendengar . Imajinasi tidak berkembang bebas,karena di kontrol oleh gambar (image). Dan jika suatu acara dianggap penting kita perlu ‘membacanya’ kembali, ia sudah tidak ada. Begitu juga dengan internet , kemampuannya menyiapkan berbagai informasi hanya dapat digunakan jika dibaca.    

 Dengan terbit dan beredarnya majalah seperti Media Hindu, Raditya,Sindu,Suara Anandam dan yang lainya. Yang memuat tema sentral nilai-nilai Hindu dalam kehidupan kebangsaan dan kemasyarakatan di Indonesia. Khusus buku-buku terbitan Media Hindu yang mendapat sambutan hangat dari umat yang haus akan bacaan yang bermutu,berani, dan kritis.Kedepan diharapkan minat baca umat semakin meningkat Sehingga bukan sekedar tahu membaca tetapi menjadikan aktivitas membaca sebagai budaya..    

Perlu juga dipikirkan pemberian hadiah berupa buku pada perayaan ulang tahun, juara kelas, pernikahan, perpisahan ,dll, bukan hanya sekedar ajang “kumpul amplop” melainkan sebagai ajang “kumpul buku” untuk menumbuhkan minat baca. Dana Punia yang terkumpul pada Hari Raya Saraswati disisihkan untuk perbaikan kualitas perpustakaan yang ada dimasing-masing pura. Hal ini bukan tidak mungkin dicapai bila ada niat dan tekat kuat serta kesungguhan untuk mengusahakannya. Dengan demikian perayaan Saraswati tidak hanya sekedar melakukan ritual semata tetapi menjadi momen untuk menumbuhkan budaya membaca.. Semoga terwujud.

Senin, 01 November 2010

MEMBANGUN SURGA

Kata Surga berasal dari bahasa Sansekerta yaitu "Svarga" .Kata ini diserap ke dalam bahasa jawa kuno menjadi "Swarga". Dan kata ini menjadi Surga dalam bahasa Indonesia. Kata Svarga berasal dari kata "svar" artinya cahaya dan "ga" artinya perjalanan. Dengan demikian, surga pada mulanya berarti perjalanan ke dunia cahaya. Atau menjadi satu dengan cahaya. Di dalam surga ada "swargaloka" yaitu tempat para makhluk yang bercahaya seperti : Dewa, Maharsi, dan orang suci yang telah mencapai keabadian. Surga adalah bagian dari tiga dunia (Triloka). 


Surga adalah dunia atas bukan tempat tujuan terakhir. Bukan pemberhentian yang terakhir, ia hanyalah  stasiun menuju alam spiritual sejati (Moksha). Surga adalah sasaran antara untuk perjalanan berikutnya yaitu bersatunya Atman dengan Brahman. Menyatunya jiwa individu dengan jiwa universal.Surga dan Moksha  adalah kehidupan yang akan datang yang harus dibangun sejak kehidupan kita sekarang di bumi ini. Manusia dapat belajar untuk meningkatkan dan menyempurnakan dirinya di bumi ini. Dan inilah tujuan sesungguhnya dari kelahiran manusia di dunia.. Di lahirkan menjadi manusia sungguh utama sebab dapat menolong dirinya sendiri dari kehidupan sengsara dengan jalan berbuat baik. Hal ini dijelaskan dalam Sarasamuscaya sloka 4,5 dan 6. berikut petikan sloka tersebut.

Iyam hi yonih prathama yonih prapyajagatipate
atmanam cakyate tratum karmabhih subhalaksanaih (sloka 4)

Ihaiva narakavyadhescikitsam na karoti yah
gatva nirausadham sthanam sarujah kin karisyati (sloka 5)

Sopanabhutam svargasya manusyam prapya durlabham
tathatmanam samadayad dhvamseta na punaryatha (sloka 6)


Artinya :

Menjelma menjadi manusia adalah sungguh-sungguh utama,karena ia dapat menolong dirinya dari keadaaan sengsara dengan jalan berbuat baik.

Adalah orang yang tidak mau melakukan perbuatan baik (orang semacam itu) dianggap sebagai penjahat yang menjadi obat neraka loka.

Kesimpulannya, pergunakanlah dengan sebaik-baiknya kesempatan menjelma menjadi manusia yang merupakan tangga untuk pergi kesurga, segala sesuatu yang menyebabkan agar tidak jatuh lagi itulah hendaknya dilakukan.

Pada sloka 4, menjadi manusia adalah sungguh utama dan itu patut kita syukuri. Syukur tidak hanya sekedar berterimakasih . Syukur adalah  memberdayakan anugrah Tuhan pada diri kita. Kita gunakan mata untuk melihat hal-hal yang baik. Gunakan telinga mendengar hal yang baik pula. Intinya tubuh ini digunakan untuk berbuat kebaikan. Dengan begitu akan menolong diri kita dari kehidupan sengsara. Segenap indera dan pikiran  digunakan untuk menghasilkan manfaat bagi kehidupan secara luas.

Pada sloka 5, orang yang tidak mau berbuat kebaikan di muka bumi, malah sebaliknya melakukan kerusakan di bumi, orang demikian sakitlah keadaannya. Beribadah rajin kepada Tuhan,  tetapi ia merusak ciptaan Tuhan itu sendiri yang pada gilirannya menyengsarakan dirinya dan orang lain disekitarnya. Contohnya penebangan hutan yang tak terkendali berakibat pada perubahan iklim. Kalau musim panas terasa panas sekali, sedangkan kalau musim hujan bisa berakibart banjir dan tanah longsor. Rusaknya lapisan atmosfir juga akibat ulah manusia itu sendiri. Singkatnya berbuat kerusakan dibumi itu artinya  kita telah menggali lubang kesengsaraan(neraka) bagi diri sendiri. Ketika manusia tidak bisa mengontrol tindakan dan keinginannya itulah neraka sesungguhnya yang kita alami di bumi ini. Jadi bangunlah surga semenjak kita ada di bumi, berdamailah dengan alam agar kita pun dilindungi oleh alam.

Pada sloka 6, pergunakanlah dengan sebaik-baiknya kehidupan menjadi manusia, karena dengan itu kita telah membangun tangga menuju sorga. Bagaimana kita melanjutkan perjalanan menuju surga , bila tempat kita berpijak ini kehidupannya sudah hancur? Untuk menuju kesana, kita butuh persiapan dan proses yang panjang ibarat anak tangga bertahap kita menapakinya. Setelah itu kita pun harus menyiapkan bekal bila akan bepergian jauh. Namanya bekal,ya harus kita persiapkan sebelum kita berangkat menuju tujuan yang hendak dicapai. Begitu juga bila ingin meraih surga, maka di bumi inilah kita harus menyiapkan bekalnya, dibumi inilah kita menanam sebanyak-banyaknya kabaikan sebagai bekal menuju kehidupan yang akan datang.

Bumi,langit dan seluruh isinya merupakan sarana yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menyempurnakan dirinya. Alat dan sarana ini dapat digunakan untuk membangun masa depan. Namun karena alat dan sarana yang ada perlu perawatan atau pemeliharaan. Kita tidak boleh menggunakannya sembarangan dan menyiakan-nyiakan kesempatan yang amat utama yang diberikan oleh Tuhan. Bumi ini menjadi tangga bagi perjalanan berikutnya, agar anda tidak jatuh rawatlah tangga yang sudah diberikan oleh sang pencipta.

Kesimpulannya adalah" mendengar yang baik,melihat kebaikan dan berbuat baik, kebaikan yang dipikirkan. Demikian engkau menjadi baik, dan itulah jalan menuju surga" demikian pesan dari Satya Sai Baba.


 

Sabtu, 23 Oktober 2010

DOAKU

Oh Hyang Widhi
Penguasa bumi,langit dan surga
Hamba memuja-Mu

Semua mahluk berasal dari-Mu
Engkau Esa tiada yang kedua
Izinkanlah hamba mengenal-Mu dalam segala nama
Engkau disebut Siva,Mahadeva,Isvara,Brahma,Wisnu dan Rudra


Hamba ini papa
Perbuatan hamba papa
Kelahiran hamba papa
Lindungilah hamba
Sucikanlah jiwa dan raga ini

Oh Hyang Widhi
Anugrahkanlah kesejahteraan pada semua mahluk
Serta bebaskan kami dari segala dosa
Ampunilah dosa yang dilakukan oleh badan
Ampunilah dosa dari perkataan hamba
Ampunilah dosa dari pikiran hamba
Ampunilah kelalaian hamba
Om Shanti Shanti Shanti Om


Selasa, 12 Oktober 2010

BENIH KETAMAKAN

Sifat tamak/rakus merupakan sifat yang selalu ingin memiliki sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan kebutuhan atau kepentingan orang lain. Orang yang tamak ingin mendapatkan lebih banyak dari pada yang didapat oleh orang lain. Ia akan menderita bila ada orang lain yang memiliki harta benda yang berlebih banyak darinya.

Jika tamak sudah menjadi sifaf seseorang, ia akan melakukan apa saja tanpa memperdulikan benar atau salah dalam pemperolehnya. Saking tamaknya seseorang menjadi lebih rakus dari seekor nyamuk. Nyamuk memang rakus, tetapi yang dia ambil hanya sebatas mengisi perutnya. Tetapi manusia tidak berhenti hanya mengisi rongga perutnya. Hasrat untuk mengambil lebih dan lebih lagi. Selain perut, manusia juga memiliki tempat penyimpanan lain dapat berupa tanah, emas, surat berharga,uang di bank bahkan istri juga di simpan(istri simpanan)

Sungguh  beruntung bagi sang nyamuk, sebab dia hanya berurusan dengan dunia. Sedangkan kita manusia? selain dunia, kita memiliki urusan dengan kehidupan yang akan datang.  Pelajaran dari sang nyamuk, bahwa jika kita harus mengambil,maka ambillah yang menjadi hak kita,sejumlah kadar kepantasan tertentu. Jika kita mengambil melebihi tingkat kepantasan itu, maka kita telah menjadi makhluk yang lebih rendah dari seekor nyamuk.

Sarasamuscaya mengajarkan bahwa menjadi manusia itu adalah sungguh utama,karena dapat menolong dirinya dengan jalan berbuat baik (Sarasamuscaya,sloka 4). Dan Bhagawad Gita juga mengajarkan bahwa sifat rakus adalah pintu gerbang neraka yang harus di hindari oleh manusia. Berikut petikan sloka tersebut :

Tri vidham narakasyedam
dvaram nasanam atmanah
kamah krodhas tatha lobhas
tasmad etat trayam tyajet (Bhagawad Gita XVI.21)
Artinya :
Tiga pintu gerbang keneraka, menuju jurang kehancuran diri yaitu kama (hawa nafsu), krodha(marah) dan lobha (rakus),oleh karena itu ketiganya harus ditinggalkan.

Benih rakus atau tamak harus ditiinggalkan ? karena sifat rakus akan menimbulkan sifat-sifat tercela seperti kikir, munafik dan iri hati. Sifat ini saling menunjang satu dengan yang lainnya. "Untuk itu pergunakanlah dengan sebaik-baiknya kesempatan menjelma menjadi manusia, yang merupakan tangga menuju sorga, segala sesuatu yang menyebabkan agar tak jatuh lahi hendaknya di usakanan" demikian pesan Sarasamuscaya sloka 6)

BUMI SEBAGAI TEMPAT IBADAH

Manusia ciptaan Tuhan dan kita sebagai hambanya. Sebagai hamba tugas kita adalah melayani-Nya. Melayani Tuhan bukan hanya ketika ada di dalam pura/tempat ibadat, tetapi juga ketika berada di luar pura di bumi tempat kita berpijak ini. Bumi tempat tinggal kita merupakan tempat pelayanan (seva) bagi Tuhan. Maka sepatutnyalah kita menjaga kelestarian alam, baik flora maupun faunanya.

Banyak fakta yang ada dihadapan kita adalah kita kurang bersahabat dengan alam. Buktinya hutan banyak yang di jarah, limbah di buang kesungai atau danau,sampah plastik berserakan dan pencemaran udara tak terelakkan. Akibatnya tanah longsor dan banjir menjadi langganan. Iklim tak menentu sehingga panen  tak bermutu. Penyakit merajalela akibat polusi udara. Dan masih banyak lagi pencemaran terhadap alam tempat kita tinggal ini.

Tahukah Anda ? bahwa bumi ini ibarat plasenta,ari-ari yang membungkus bayi di dalam rahim ibu. kalau plasenta itu rusak, bayi akan meninggal di dalam rahim. Bumi dan langit tempat tempat kita tinggal merupakan rahim bagi kehidupan kita. "jangan kalian lakukan kerusakan di bumi" demikianlah pesan yang tertuang dalam Al-Quran. Dalam pandangan masyarakat jawa ada istilah " Hamemayu Hayuning Bawana" mempersembahkan keindahan di jagad.. Di dalam ajaran agama Hindu bumi adalah ibu dan langit adalah ayah dan kita adalah putra-putranya. Berikut petikannya :

Mata bhumih putro aham prthivyah (Atharvaveda XII.1.12)
Artinya :
Bumi adalah ibu kami dan kami adalah putra-putranya.

Dyaur nah pita janita nabhir atra (Atharvaveda IX.10.12)
Artinya :
Langit adalah ayah kami, pelindung kami dan pusat kelahiran kami.

Begitu pentingnya bumi dan langit seperti seorang ayah dan ibu. Jangan dirusak,agar bumi layak sebagai tempat ibadah. Caranya seperti yang dijelaskan dalam Veda berikut ini.

Ma kakambiram ud vrho vanaspatim
asastir vi hi ninasah (Rgveda Vi.48.17)
Ma apo himsir ma osadhir himsih (Yayurveda VI.22)
Dyam ma lekhir,antariksam ma himsih (Yayurveda V.43)
Prtivim drmha, prthivim ma himsih (Maitrayani Samhita II.8.14)
Artinya :
Jangan menebang pohon, kemana meraka menyingkirkan pencemaran.
jangan mencemari air, dan jangan menebang pohon.
jangan mengganggu langit dan jangan mencemari atmosfir.
selalulah memperkuat dan memberi makan kepada bumi,janganlah mencemarinya.
Bersahabatlah dengan alam, maka alam pun akan bersahabat dengan kita. Ungakapan ini selaras dengan doa yang sering kita ucapkan saat melakukan trisandya, tepatnya pada baik ke-5 "sarva prani hitankarah"  "Tindakan apa saja yang merusak kehidupan atau menyebabkan kerusakan salah adanya. Tindakan semacam itu sangatlah amoral". Demikian pesan dari Mahesh Yogi. Akhirnya semoga semua makhluk sejahtera.

SUATU MALAM DI ATAMBUA

Rintik hujan di kegelapan malam
Menambah sepi kota perbatasan
Sesekali petir menyambar
Seakan mengusir gelapnya malam

Malam semakin larut
Semua menuju ke pembaringan
Melepas lelah seharian
Berharap mentari bersinar lagi

Suara kokok ayam menyambut pagi
Harapan baru ku nanti
Aku isi dengan Meditasi
Tuk memulai hari ini

Selamat pagi bisikku dalam hati
Semoga hari ini memperoleh rezeki
Buat anak dan istri
Yang kusayangi dan kucintai

Siang malam silih berganti
Jangan lupa pada Hyang Widhi
Sang pemberi hidup ini
Sebab manusia hanyalah abdi

Jumat, 08 Oktober 2010

TRI KAYA PARISUDHA

ada sepuluh pengendalian diri
yang patut dipedomani dalam hidup ini
agar hidup penuh shanti
Tri Kaya Parisudha namanya

tak ada iri dan dengki
tidak gemas pada semua mahluk
percaya akan ajaran karmaphala
inilah tiga prilaku pikiran yang harus disucikan

tidak berkata jahat
tidak berkata kasar
tidak memfitnah
tidak berkata bohong
inilah empat perkataan yang dilarang
dilakukan terhadap siapa pun

tidak menyakiti makhluk lain
tidak mencuri yang bukan haknya
tidak berbuat zina
inilah tiga perbuatan yang harus di hindari

Kamis, 07 Oktober 2010

HATI ASET BERHARGA

Dengan hati menuju tempat tertinggi, begitulah salah satu judul tulisan Gede Prama. Di sana di tulis bahwa di dalam sini (hati) tersedia banyak sekali harta dan ketinggian hidup yang mengagumkan. Hebatnya lagi,kalau harta luar harus kita beli dengan harga mahal, harta dan takhta di dalam diri semuanya tersedia gratis. Ia hanya mempersyaratkan satu hal; ketekunan secara rutin untuk merefleksi.

Dai kondang Aa Gym menggambarkan betapa hati sangat mempengaruhi hidup seorang dengan syair yang sangat brilian. Berikut ini petikan syairnya :
" Bila hati kian bersih,pikiran pun selalu jernih,semangat hidup kan gigih,prestasi mudah di raih, tapi bila hati busuk,pikiran jahat merasuk,akhlak pun kian terpuruk, dia jadi makhluk terkutuk. Bila hati kian lapang,hidup susah tetap tenang, walau kesulitan menghadang,dihadapi dengan tenang, tapi bila hati sempit,segalanya jadi rumit,seakan hidup terhimpit,lahir batin terasa sakit".

Hati adalah aset berharga yang harus kita jaga agar selalu  jernih,sehingga tidak ada iri dan dengki bersemayam di dalam hati. Bukankah Weda mengajarkan demikian ?  Berikut ini saya petikkan apa yang terdapat dalam Rgveda.

Tvam agne angiraso guhahitam
anvavindan sisriyanam vane vana (Rgveda V.11.6)
Artinya:
Ya Tuhan Dikau meliputi setiap pohon dan hutan. Para bijak menyadari Dikau di dalam hati.

Sloka di atas menjelaskan bahwa hati adalah gerbang Tuhan, maka sepatutnyalah hati kita daga agar kita terberkati. Begitu Anda mengetuknya, jawaban langsung datang demikian pesan sufi. Agar hati selalu bersih ucapkanlah doa yang terdapat di dalam Rgveda secara tekun :

"Yah pota sa punatu nah (Rgveda IX.67.22)
Artinya :
Ya Tuhan yang maha suci, semoga menyucikan hati kami.
 






 

SEMBAHYANG PURNAMA


Tat kala senja tibaBulan purnama memancarkan cahaya
Tua dan muda menuju pura
Dengan canang melakukan puja

Asap dupa membumbung ke angkasa
Suara genta merasuk sukma
Segala puja bagi yang kuasa
Dengan mantra penuh makna

Sembahlah,sembahlah Dia
Dengan sepenuh hati
Tempat perlindungan yang
Tidak tergoyahkan

Jangan lupa nunas tirtha dan bija
Lambang kesucian dan benih kebajikan
Jangan lupa memberi dana punia
Yadnya utama di zaman kali yuga

INGAT DAN YAKINLAH

ketika kama masih merajalela
ketika krodha membara dalam dada
dan lobha merasuk jiwa
ingat ini adalah pintu neraka

ketika doa tak pernah lupa
ketika yadnya memutar dunia
ketika dana punia menjadi laku utama
yakinlah ini jalan menuju sorga

Selasa, 05 Oktober 2010

TUJUAN HIDUP

Oh sahabat
Jangan bersedih hati
Walau hidupmu di rundung duka
Yang datang silih berganti
Laksana musim

Oh sahabat
Kita dilahirkan kedunia
Mempunyai misi yang mulia dan utama
Menyelamatkan diri kita dari api neraka
Dengan jalan berbuat dharma

Dharma adalah
Jalan mennuju sorga
Laksana perahu
Alat untuk mengarungi samudra

Mencari artha dan kama
Tak akan berhasil, bila melupakan dharma
Akan tetapi usaha yang tekun
Pada jalan dharma akan tercapai
Seperti halnya matahari terbit dari timur
Melenyapkan gelapnya dunia
Dan menghapus segala dosa

RACUN DAN AMRTA

Rracun dan amrta
Tempatnya di dalam diri
Berjalan di jalan adharma
Racun yang diterima
Berjalan di jalan dharma
Amrta yang diperoleh
Semua ada di tangan anda
Dan kitalah penentu masa depan

Rabu, 29 September 2010

SARASWATI

Kata Saraswati berasal dari bahasa Sansekerta dari urat kata "Sr" menjadi "saras" yang artinya sesuatu yang mengalir. Sedangkan "wati" artinya memiliki. Jadi Saraswati adalah sesuatu yang mempunyai sifat mengalir, sumber pengetahuan dan kebijaksanaan.

Umat Hindu di Bali menyebutnya dengan " Dewi ning pangaweruh" dewi yang mempunyai ilmu pengetahuan. Nama - nama lain dari Dewi Saraswati adalah :
1. Suyama yang artinya sangat cantik (Rgveda IX.81.4)
2. Pavaka yang artinya menyucikan penyembahnya (Rgveda I.3.10)
3. Cetanti Sumatinam yang artinya yang memberi inspirasi (Rgveda I.3.11)
4. Ambitama yang artinya ibu yang sangat baik (Rgveda II.41.16)
5. Citrayuh yang artinya yang memberi kebahagiaan (Rgveda VI. 49.7)

Di India Dewi Saraswati merupakan dewi yang penting , baik dalam agama Hindu, BUdha dan Jaina. Dalam Jaina Saraswati dianggap sebagai pemimpin Sruta-dewata. Dalam Agama Budha Saraswati dianggap sakti Manjusri.

Sabtu, 25 September 2010

DANA PUNIA

Anda mungkin pernah memberi. Yah memberi sesuatu pada orang lain. Bisa materi seperti uang, barang, makanan dll. Atau dalam bentuk yang lain , seperti ide-ide dalam suatu rapat. Berbahagialah Anda yang kesehariannnya di isi dengan memberi pada orang lain. Karena dengan memberi akan mengikis penyakit hati yaitu SERAKAH. Di dalam Manawa Dharmasastra di jelaskan tentang betapa pentingnya memberi (dana punia) di zaman kali. Dengan memberi kita bisa berbagi kepada orang lain. Memberi adalah membuka kesempatan bagi orang lain menerima. Dan menerima adalah membuka kesempatan bagi orang lain untuk memberi. Maka memberilah dengan begitu kita sudah berbuat baik. Bukankah Sarasamuscaya mengajarkan agar kita selalu berbuat baik. Di dalam Manawa Dharmasastra dijelaskan bahwa mereka yang menerima pemberian dengan hormat dari orang yang   memberikannnya dengan tulus, keduanya mencapai sorga. Berbahagialah orang yang rela menyisihkan sebagian kecil hartanya bagi orang lain. Besaran dana punia yang kita berikan berdasarkan Bhisama Parisada tahun 2003 sebanyak 5 % dari penghasilan bersih yang kita terima. Mari berbagi