Powered By Blogger

Jumat, 11 Maret 2011

BERGURU PADA TANAMAN

Guru tidak hanya ditemukan di sekolah-sekolah atau di kampus-kampus. Guru disekolah adalah guru formal. Dia mengajari kita membaca,menulis dan berhitung.  Tetapi, saat ini penulis mengajak kita berguru pada alam (tanaman).

Belajar dari bunga. Setiap manusia pada dasarnya menyenangi bunga. Ada yang digunakan untuk sembahyang, ada yang memelihara karena hobby, ada yang menggunakannya untuk relaksasi dan masih banyak lagi manfaat yang lainnya. Bunga memang menarik baik dari segi bentuk, warna serta aromanya yang khas. Adakah anda memperoleh pengetahuan darinya? Pelajaran yang dapat dipetik dari bunga adalah bunga hidup untuk orang lain bukan untuk dirinya. Ia memberikan madunya yang lezat kepada lebah-lebah (hewan) yang membutuhkannya. Bunga tidak egois, ia memberikan yang terbaik bagi yang lain. Begitulah hendaknya manusia hidup didunia. Kehidupan kita bukan hanya untuk keluarga, bukan untuk partai tertentu atau golongan tertentu melainkan untuk semua ciptaan Tuhan. Kalau memberi sesuatu, berikanlah yang terbaik. Apakah itu berupa benda, berikan yang masih layak. Apakah pemberian berupa senyuman, berikanlah dengan tulus.dan ikhlas. Jangan sampai pemberian kita justru merendahkan orang yang menerima pemberian tersebut. Termasuk dalam berdoa , manusia masih egois hanya berdoa untuk dirinya sendiri.

Pelajaran berikutnya bunga kelihatan indah bukan untuk dirinya melainkan bagi   yang memandangnya (manusia). Sudahkah kita meneladaninya? Kebanyakan dari kita masih sibuk mempercantik dirinya sendiri lalu melupakan orang lain yang memandangnya. bahkan tidak sedikit kita merasa kesal melihat tingkah laku orang yang berlebih-lebihan. Memamerkan  harta yang berlebih hasil dari korupsi dan manipulasi membuat orang sekitar merasa iri. Memajang mobil mewah hasil dari menjarah. Rumah bertingkat dari hasil sindikat. Uang berlimpah hasil money loundrying .Orang yang melihatnya merasa    terhina karena kerja kerasnya dan kejujurannya diabaikan.

Pelajaran berikunya, bunga hidup mandiri. Ia memupuki dirinya sendiri dengan daun yang telah ia gugurkan karena sudah tua. Tukbuhan juga tidak melarikan diri dari ancaman melainkan meraka menghadapi ancaman atau tantangan dengan membangun sistem pertahanan yang kokoh dan spesifik (lihat pohon bambu dan pinus). Bagaimana dengan manusia? Di negara kita masih banyak hidup karena subsidi. Subsidi tiada lama-lama kita mati berdiri. Dengan bantuan beras murah, banyak masyarakat malas berusaha lebih giat. Intinya kemandirian manusia masih lemah tergantung pada pihak lain. Termasuk bangsa ini, yang membangun dari uang pinjaman luar negeri yang diwariskan ke anak cucu kita.

Pelajaran yang lainnya adalah tanaman itu ulet dalam mencari makanan dan air. Contohnya tanaman santigi. Ia tumbuh di celah batu cadas, tubuhnya kecil dan lemah dalam persfektif manusia. namun kuat dan gigih menghadapi gelombang laut, panasnya sinar matahari, rendahnya ketersediaaan air dan minimnya makanan berupa mineral.

Pelajaran yang lain dari tanaman adalah cerdas dan arif. Coba kita perhatikan tanaman bakau yang tumbuh di muara sungai berlumpur. Ia mengecambahkan dan menumbuhkan benihnya sebelum dilepaskan ke habitat yang berlumpur,sehingga anaknya tidak mati tenggelam. Akarnya untuk bernapas di tonggakkan keudara bebas agar mudah mengambil oksigen.

Masih banyak pelajaran yang bisa kita petik dari tanaman yang ada di sekitar kita, bila kita mau belajar darinya. Bukankah Hindu mengajarkan keselarasan dengan alam? Maka dari itu bersahabat dan belajarlah dengan alam. "Alam adalah apa yang Tuhan buat sebagai Tuhan" demikian pesan seorang Hazrat Inayat Khan seorang sufi terkenal. Selamat belajar semoga adamanfaatnya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar